Pada kesempatan kali ini, kami ingin membahas bagaimana menjadi partner yang suportif ketika pasangan Anda harus mengalami disfungsi ereksi atau ejakulasi dini.
DIKUTIP dari sebuah blog milik seorang terapi seks, Vanessa Marin, bahwa mayoritas kliennya mengatakan bahwa pasangan prianya menjalankan terapi seks untuk mengelola disfungsi ereksi dan ejakulasi dini. Hal menariknya adalah bahwa sebagian besar kliennya itu adalah laki-laki muda. Kita cenderung berpikir bahwa disfungsi ereksi atau ejakulasi dini hanya dialami oleh mereka yang sudah berada di jenjang usia pensiun, tapi klien-kliennya rata-rata malah di jenjang usia dua puluhan hingga akhir tiga puluhan.
Disfungsi ereksi atau masalah orgasme biasanya berkembang dengan pola prediksi yang acak. Contohnya, orang itu memiliki masalah pada kerasnya penis atau ejakulasi terlalu cepat dan hanya sekali, dan tidak diragukan lagi bahwa masalah ini hampir semua laki-laki mengalaminya.
Baca juga: Benarkah Impotensi Dapat Terjadi Pada Pria Usia Muda?
Semua orang, bahkan pemuda yang jantan sekalipun, memiliki ereksi sesekali atau masalah orgasme. Penisnya tidak selalu ingin bekerja sama. Kebanyakan pria memahami bahwa hal ini masuk akal, tetapi mengatasinya mungkin adalah hal yang sulit dan memerlukan waktu yang panjang. Mereka mulai berpikir tentang masalah itu sepanjang waktu, kecemasan meningkat, dan masalah itu mulai terjadi dan frekuensinya semakin besar dan lebih besar. Bahkan mereka mulai mengonsumsi obat kuat pria, ramuan tahan lama, dan sebagainya.
Perlu digaris-bawahi bahwa kita semua bisa terjebak dalam pikiran di kepala kita, tapi yang jelas kebanyakan wanita tidak memahami sejauh mana efek masalah yang dialami pria dengan penis mereka. Dikatakan Vanessa, ketika kliennya mulai mengungkap masalah bersama, hampir semua pasangan wanitanya tidak menanggapi kesulitan yang dialami pria, bahkan tidak mendukungnya. Namun Vanessa tidak mengatakan bahwa itu adalah kesalahan wanita, atau tanggung jawab wanita untuk memperbaikinya, ia hanya banyak mendengar dari para kliennya bahwa kebanyakan wanita mengabaikan masalah-masalah tersebut.
Baca juga: Kapan Harus Konsultasi ke Psikolog Seks?
Hal yang paling membuat kliennya frustrasi ketika melihat penis pasangannya mengalami masalah fungsi ereksi. Mungkin Anda, para wanita, pernah dihadapkan pada masalah penis mengempis terlalu cepat kemudian Anda menyalahkan diri Anda sendiri. Bahkan Anda mungkin akan berpikir, “Saya tidak bisa menegangkan penisnya. Saya bukan orang yang terlalu seksi untuknya”. Atau Anda mungkin pernah melihat penis pasangan Anda mengalami ejakulasi terlalu cepat, dan Anda merasa kecewa. Ini adalah keluhan yang sering terdengar, dan bahkan sangat menyakitkan bagi yang mengalaminya.
Budaya kita sungguh lucu, bahwa kita menganggap pria menginginkan seks di manapun dan kapanpun, tapi kenyataan yang dilihat Vanessa di kantor bahwa laki-laki lah yang kadang merasa tercekik oleh harapan seksual karena faktor tekanan kerja dan sebagainya. Pria lah yang sebenarnya membutuhkan kasih sayang wanita, kata Vanessa.
Hal yang membuat frustrasi ketika penis pasangan Anda tidak merespon dengan cara yang Anda inginkan, dan Anda pasti akan berpikir tentang masalah itu. Tetapi, Anda akan memiliki banyak solusi untuk mendapatkan kembali keperkasaan pasangan Anda, entah apakah itu berlaku untuk hanya semalam atau hubungan seks jangka panjang. Tentu saja jika Anda mau mengikuti beberapa tips ini:
- Responlah secara baik dan positif jika pasangan Anda mengalami masalah ereksi atau ejakulasi dini. Mengabaikan pasangan atau berpaling dari tempat tidur hanya akan membuat Anda tidak nyaman. Ujung-ujungnya bahkan akan timbul pertengkaran.
- Menghargai kenyataan bahwa Anda berdua menginginkan hal yang sama. Anda berdua ingin berhubungan seks. Anda berdua ingin saling memuaskan. Anda berdua frustrasi dan tidak yakin apa yang harus dilakukan ketika masalah itu timbul. Anda harus menempatkan posisi Anda berdua adalah satu tim yang se-visi.
- Anda dapat mengatakan pada pasangan Anda, “Hei, itu bukan masalah besar, mari kita santai sejenak”. Atau Anda dapat menyarankan hal yang berbeda seperti, “Bagaimana kamu menyentuhku?” Anda pun bisa menanyakan, “Apakah ada sesuatu yang dapat kulakukan untuk membantumu?”. Yang jelas Anda tidak perlu berbicara dengan nada tinggi atau hal-hal lain yang akan membuat pasangan Anda frustrasi.
- Memperluas definisi Anda tentang seks, terutama jika pasangan Anda sering mengalami masalah penis. Jika Anda berada dalam hubungan hetero, Anda tidak selalu harus memilih waktu yang sama dalam berhubungan seks, Anda dapat memilih waktu yang baik. Dan pada kenyataannya, semakin Anda belajar untuk kesenangan satu sama lain dalam cara yang berbeda.
- Membuat suatu kesepakatan bahwa orgasme bukanlah akhir dari hubungan seksual. Anda masih memiliki banyak waktu untuk hubungan seksual yang lebih panjang secara bersama-sama tanpa harus ada ereksi.
- Jangan tersinggung. Memang mungkin hal ini lebih mudah diucapkan dari pada dilakukan, tapi hal ini perlu Anda lakukan untuk kepentingan jangka panjang hubungan seksual Anda. Perasaan-perasaan subjektif dan ketidakamanan mungkin muncul, tetapi membuat pilihan untuk tidak tersinggung merupakan tindakan yang baik.
Beberapa tips dan nasehat ini benar-benar akan bermuara pada empati dasar manusia. Jika Anda bisa keluar dari sikap-sikap yang terlalu berlebihan pada pasangan Anda dan mengakui bahwa orang di depan Anda itu tentang maskulinitasnya, Anda bisa menjadi partner yang lebih baik untuk pasangan Anda. Ini sangat penting untuk Anda terapkan demi hubungan yang sehat dan bahagia bagi semua. Semoga!