Apa Itu Vilanterol?
Vilanterol adalah agen farmaseutikal yang berfungsi mengaktifkan receptor beta-2 pada saluran pernapasan. Aksi obat ini melancarkan saluran napas dengan merelaksasi otot sepanjang saluran pernapasan, membuat jalur udara lebih luas dan memudahkan pertukaran oksigen. Vilanterol dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang di pasien PPOK guna mengoptimalkan fungsi paru-paru terutama pada mereka yang mengalami penurunan fungsi akibat merokok. Pada kasus asma, vilanterol diaplikasikan untuk manajemen jangka pendek hingga kontrol gejala tercapai dengan obat lain. Obat ini tidak disarankan untuk mengatasi episode sesak napas mendadak pada penderita asma maupun PPOK.
Dosis Vilanterol
Dosis standar untuk konsumsi orang dewasa adalah satu inhalasi dari inhaler serbuk kering vilanterol yang mengandung 25 mcg, diambil satu kali setiap hari.
Aturan Pakai Vilanterol
Untuk memastikan pemanfaatan vilanterol dengan efektif, ikuti instruksi dokter serta petunjuk pada kemasan dengan cermat. Sebelum menghirup vilanterol:
- Hembuskan nafas sepenuhnya.
- Buka penutup corong inhaler sampai terdengar bunyi klik.
- Tempatkan corong di mulut, hirup nafas panjang dan stabil.
- Keluarkan inhaler dari mulut, tahan napas sekitar 3-4 detik lalu napas perlahan.
- Bersihkan inhaler, tutup corong.
- Bilas mulut dengan air dan hindari menelan air untuk mengurangi risiko sariawan.
Efek Samping Vilanterol
Pemakaian vilanterol mungkin menimbulkan efek samping, antara lain:
- Sakit kepala
- Nyeri punggung
- Nyeri sendi
- Demam dan badan pegal
- Hidung tersumbat
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Suara serak
Efek samping yang lebih serius termasuk sesak napas dan mengi, nyeri dada, detak jantung yang cepat, pusing, penglihatan buram, nyeri mata, detak jantung tidak beraturan, kesemutan, kelemahan otot, serta mual dan muntah.
Peringatan dan Perhatian saat Pakai Vilanterol
Sebelum menggunakan vilanterol, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
- Laporkan kondisi alergi anda kepada dokter.
- Jika memiliki kelainan jantung, diabetes, gangguan kekebalan tubuh, pembesaran prostat, glaukoma, hipokalemia, epilepsi, atau hipertiroid, informasikan pada dokter.
- Diskusikan penggunaan obat-obatan lain yang sedang dijalani.
- Beritahu dokter mengenai status kehamilan atau menyusui dan rencana kehamilan.
- Jika direncanakan untuk operasi, informasikan penggunaan vilanterol.
- Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi atau efek samping.
Efek Vilanterol untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Vilanterol masuk dalam kategori C untuk ibu hamil, yang artinya sejumlah risiko terhadap janin mungkin ada berdasarkan studi hewan, namun belum ada studi terkontrol pada manusia. Penggunaannya boleh dilakukan jika manfaat yang diharapkan lebih besar dari risiko. Untuk ibu menyusui, vilanterol dianggap aman dengan konsentrasi yang sangat rendah dalam ASI.
Interaksi Vilanterol dengan Obat Lain
Beberapa interaksi obat yang mungkin terjadi saat menggunakan vilanterol, di antaranya:
- Peningkatan risiko hipokalemia dengan penggunaan bersamaan furosemide.
- Risiko aritmia lebih tinggi saat digunakan bersama lithium.
- Penggunaan bersama formoterol bisa meningkatkan tekanan darah dan risiko aritmia.
- Medikasi seperti ketoconazole atau clarithromycin dapat meningkatkan efek samping vilanterol.
- Efektivitas vilanterol dan metoprolol menurun bila digunakan secara bersamaan.
Konsultasikan lebih lanjut dengan dokter mengenai penggunaan vilanterol dengan obat lain untuk menghindari efek interaksi yang merugikan.