Apa itu ranibizumab?
Ranibizumab adalah obat injeksi mata yang diresepkan untuk mengatasi degenerasi makula basah, yang juga dikenal sebagai wet AMD, suatu kondisi mata kronis yang menyebabkan penglihatan menjadi buram atau buta di bagian tengah. Selain itu, ranibizumab juga dipakai untuk menangani kondisi lain seperti:
- Myopic choroidal neovascularization: komplikasi pada pengidap rabun jauh yang terjadi akibat tumbuhnya pembuluh darah baru di belakang bola mata.
- Edema makula akibat oklusi vena retina: pembengkakan yang diakibatkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah vena di mata.
- Retinopati diabetik: kerusakan pada mata karena diabetes.
- Edema makula diabetik: pembengkakan pada area makula akibat diabetes.
Obat ini bekerja dengan cara mencegah pertumbuhan serta mengurangi kebocoran pembuluh darah di mata.
Dosis dan sediaan ranibizumab
Di Indonesia, ranibizumab tersedia dalam bentuk vial yang mengandung 2,3 mg obat dalam 0,23 ml cairan. Petunjuk dosis umum yang diberikan adalah sebagai berikut:
Degenerasi makula basah, edema makula diabetik, retinopati diabetik, dan edema makula akibat oklusi vena retina
Diberikan secara injeksi intravitreal dengan dosis tunggal sebesar 0,5 mg (0,05 ml). Interval antar dosis tidak boleh kurang dari satu bulan. Pengobatan berkelanjutan setiap bulan sampai ketajaman penglihatan pasien stabil selama tiga bulan berturut-turut.
Myopic choroidal neovascularization
Dosis awal sebagai injeksi intravitreal yaitu 0,5 mg (0,05 mL). Pasien perlu pemantauan gejala penglihatan untuk evaluasi kebutuhan pengobatan lebih lanjut.
Aturan pakai ranibizumab
Dokter akan mempersiapkan pasien sebelum melakukan injeksi dengan membersihkan mata dan memberikan bius lokal untuk mengurangi kemungkinan rasa sakit. Proses injeksi 0,05 ml ranibizumab harus dilakukan oleh dokter mata sebagai dosis tunggal pada satu mata dan tidak berulang.
Efek samping ranibizumab
Penggunaan ranibizumab dapat menimbulkan efek samping seperti berikut ini, walaupun tidak semua orang akan mengalaminya:
- Perdarahan konjungtiva
- Nyeri pada mata
- Bintik-bintik dalam penglihatan (floaters)
- Kenaikan tekanan mata baik jangka pendek maupun panjang
Efek samping serius dapat berupa endoftalmitis intravitreal yang terjadi pada jumlah kecil pasien, risiko retina terobek, peradangan atau perdarahan intraokuler, dan tromboemboli. Terdapat pula laporan kasus perdarahan subretina yang signifikan. Risiko efek samping pada jaringan tubuh lainnya rendah, namun dapat meningkat pada pasien lansia.
Peringatan dan perhatian saat pakai ranibizumab
Beberapa kondisi memerlukan perhatian khusus ketika menggunakan ranibizumab, antara lain:
- Alergi terhadap komponen obat yang serupa
- Adanya infeksi di dalam atau sekitar mata
- Nyeri atau kemerahan yang mengindikasikan inflamasi intraokuler yang serius
Penting juga untuk memberitahu dokter jika pasien memiliki riwayat stroke, tindakan bedah mata sebelumnya, glaukoma, atau sedang dalam kondisi kehamilan.
Efek ranibizumab untuk ibu hamil dan menyusui
Ranibizumab perlu digunakan dengan hati-hati pada wanita hamil. Penggunaan obat ini harus mempertimbangkan manfaat yang lebih besar dibanding risiko terhadap bayi yang belum lahir. Wanita berpotensi hamil diharuskan menggunakan kontrasepsi yang efektif selama pengobatan dan hingga 12 bulan paska suntikan terakhir. Jika digunakan saat menyusui, ranibizumab dapat terpapar dalam ASI walaupun dalam jumlah kecil. Konsultasikan dengan dokter sebelum menerima perawatan ini.
Interaksi ranibizumab dengan obat lain
Sampai saat ini tidak terdapat studi yang mendalam tentang interaksi ranibizumab dengan obat lain. Namun, penting bagi pasien untuk menyampaikan kepada dokter mengenai daftar obat yang sedang dikonsumsi untuk menghindari potensi interaksi yang berisiko.