Apa Itu Nalbuphine?
Nalbuphine merupakan salah satu jenis obat analgesik opioid yang bertugas menghalangi sinyal nyeri ke otak untuk mereduksi perasaan nyeri. Penggunaan obat ini harus mengikuti resep dari dokter dan tidak boleh digunakan secara sembarangan.
Dosis Nalbuphine
Dokter akan menyesuaikan dosis nalbuphine sesuai usia pasien, keadaan kesehatan, dan reaksi mereka terhadap pengobatan. Nalbuphine umumnya diberikan dengan cara suntikan, baik melalui otot (intramuskular), vena (intravena), maupun subkutan (di bawah kulit).
- Untuk meredakan nyeri: Dosis yang diberikan biasanya 10-20 mg setiap 3-6 jam, dengan dosis maksimum 20 mg per pemberian atau 160 mg per hari.
- Sebagai analgesik dalam anestesi: Dosis awal 0,3-3 mg/kg berat badan, disuntikkan secara intravena selama 10-15 menit, dengan dosis pemeliharaan 0,25-0,5 mg/kg berat badan.
Aturan Pakai Nalbuphine
Pemberian nalbuphine selalu dilakukan oleh tenaga medis profesional di bawah pengawasan dokter. Ini mungkin melalui suntikan langsung kedalam otot, subkutan, atau intravena. Pasien harus mengikuti jadwal penyuntikan yang dokter rekomendasikan dan tidak boleh berhenti pengobatan tanpa diskusi terlebih dahulu dengan dokter.
Efek Samping Nalbuphine
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi pasca penyuntikan nalbuphine adalah:
- Mulut terasa kering
- Rasa kantuk, lelah, atau pusing
- Mual atau muntah
- Sakit kepala
- Keringat berlebih
- Kulit yang terasa dingin dan lembap
- Hipotensi (tekanan darah rendah)
- Denyut jantung irregular
- Kesulitan dalam bernapas Dokter akan memantau dan mengelola efek samping ini, dan pasien harus segera melapor pada dokter jika terjadi reaksi alergi atau efek samping yang serius.
Peringatan dan Perhatian saat Pakai Nalbuphine
Sebelum menggunakan nalbuphine, faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan:
- Riwayat alergi dan intoleransi terhadap komponen drug ini.
- Pasien dengan kondisi astma akut, ileus paralitik, atau obstruksi usus.
- Riwayat atau kondisi saat ini seperti adiksi alkohol, penyalahgunaan narkotika, sleep apnea, komplikasi jantung, bradikardia, pankreatitis, atau masalah adrenal.
- Kondisi medis terkait tumor otak, kejang, depresi, atau cedera kepala.
- Kehamilan, menyusui, atau rencana kehamilan.
- Penggunaan obat lain, termasuk suplemen dan obat herbal.
- Segera temui dokter jika mengalami reaksi alergi, efek samping serius, atau terindikasi overdosis.
Efek Nalbuphine untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Nalbuphine berada dalam kategori N untuk ibu hamil, yang artinya belum dikategorikan. Penggunaannya dalam waktu lama selama kehamilan dapat berisiko menyebabkan ketergantungan dan sindrom putus obat pada janin. Obat ini juga dapat masuk ke dalam ASI sehingga penting untuk berdiskusi dengan dokter sebelum menggunakannya oleh ibu menyusui.
Interaksi Nalbuphine dengan Obat Lain
Potensi interaksi nalbuphine dengan obat-obatan lain mungkin termasuk:
- Peningkatan risiko depresi sistem napas atau hasil yang fatal ketika dikombinasikan dengan obat penenang, antipsikotik, benzodiazepine, atau barbiturate.
- Kemungkinan gangguan pencernaan jika digunakan bersama alvimovan.
- Meningkatnya efektifitas nalbuphine dan risiko withdraw apabila digunakan dengan opioid lain seperti fentanyl atau codein.
- Potensi peningkatan efektifitas nalbuphine bila dikombinasikan dengan cimetidine.
- Penambahan risiko keracunan nalbuphine yang menyebabkan hipotensi, hiperpireksia, somnolen, atau bahkan kematian bila digunakan dengan MAOI seperti isocarbixazid.