Apa itu Iopamidol?
Iopamidol merupakan sebuah senyawa organik yang kaya akan yodium, sering digunakan sebagai bahan kontras radiopak dalam prosedur pencitraan medis. Senyawa ini bekerja dengan cara menghalangi sinar-X saat melintasi tubuh, memungkinkan gambaran struktur tubuh yang tidak mengandung yodium menjadi terlihat dengan kontras tinggi. Iopamidol digunakan dalam berbagai jenis pemeriksaan radiologi, seperti CT scan dan MRI, serta dalam diagnosa gangguan pada jantung, otak, pembuluh darah, dan kondisi saraf lainnya.
Dosis Iopamidol
Iopamidol biasanya disediakan dalam bentuk solusi injeksi yang diberikan langsung ke dalam pembuluh darah atau arteri oleh tenaga medis profesional. Ketersediaan solusi ini bervariasi mulai dari 41% hingga 76%, dengan 61% dan 76% menjadi konsentrasi yang umum ditemukan di Indonesia. Dosis yang dianjurkan tergantung pada jenis prosedur dan kondisi tubuh pasien, dan perlu penyesuaian oleh dokter sesuai dengan kebutuhan medis spesifik.
Aturan Pakai Iopamidol
Penggunaan Iopamidol harus di bawah pengawasan medis, dan pemberiannya harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berpengalaman. Pasien perlu memberitahu dokter tentang riwayat penyakit yang dimiliki terutama yang berkaitan dengan hati, ginjal, jantung, asma, alergi, epilepsi, anemia sel sabit, diabetes, infeksi, pheochromocytoma, multiple myeloma, dan penyakit tiroid sebelum pemberian Iopamidol.
Efek Samping Iopamidol
Meski umumnya diterima tanpa masalah oleh banyak pasien, Iopamidol dapat menimbulkan efek samping seperti:
- rasa sakit di dada,
- denyut jantung melambat,
- perasaan panas atau sensasi terbakar,
- rasa hangat, kemerahan, atau geli ( flushing),
- mual,
- gatal,
- dan pusing. Pasien harus segera menginformasikan kepada tenaga medis jika terjadi efek samping yang lebih serius, seperti reaksi alergi yang berkelanjutan, kesulitan bernapas, kejang, gejala serangan jantung, mati rasa, gangguan penglihatan atau keseimbangan, atau batuk berdarah.
Peringatan dan Perhatian saat Pakai Iopamidol
Iopamidol harus dipantau dengan cermat selama pemberian, terutama untuk pasien dengan kondisi berikut ini:
- memiliki penyakit hati atau ginjal,
- penyakit jantung termasuk gagal jantung kongestif,
- riwayat stroke atau penyakit arteri,
- asma atau alergi yang parah,
- epilepsi atau gangguan kejang lainnya,
- anemia sel sabit,
- diabetes,
- infeksi aktif,
- pheochromocytoma,
- multiple myeloma, dan
- penyakit tiroid.
Efek Iopamidol untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Pada ibu hamil dan menyusui, penggunaan Iopamidol harus dilakukan dengan hati-hati dan atas saran medis. Belum terdapat penelitian yang cukup tentang risiko penggunaan Iopamidol dalam kondisi tersebut. Namun, diketahui bahwa Iopamidol dapat terdistribusi ke dalam ASI, sehingga potensial membahayakan bayi yang menyusu.
Interaksi Iopamidol dengan Obat Lain
Iopamidol dapat bereaksi dengan obat lain, yang dapat mengubah efektivitas obat atau meningkatkan risiko efek samping serius. Penting untuk membawa daftar semua obat yang dikonsumsi, termasuk obat resep, non-resep, dan herbal, serta berkonsultasi dengan dokter sebelum mendapatkan injeksi iopamidol. Hindari memulai atau menghentikan penggunaan obat apapun tanpa komunikasi dengan dokter.