Apa itu Formoterol?
Formoterol adalah bronkodilator yang termasuk kedalam kelas agonis beta dengan durasi kerja panjang. Obat ini berfungsi dengan membuat otot saluran pernapasan lebih rileks, sehingga menanggulangi saluran napas yang sempit, memungkinkan aliran oksigen ke paru-paru menjadi optimal. Sebagai obat pengendali, formoterol tidak dimaksudkan untuk pengobatan serangan asma mendadak namun lebih kepada mengurangi gejala serta mencegah kambuhnya kondisi asma dan PPOK.
Dosis Formoterol
Tersedia dalam bentuk inhaler dan solusi untuk nebulizer, formoterol diresepkan berdasarkan kebutuhan individu pasien dengan asma atau PPOK. Dewasa dan anak-anak berumur lebih dari 5 tahun bisa menggunakan obat ini dengan dosis untuk asma berupa 12 mcg dua kali sehari melalui inhaler, dan dapat ditingkatkan sampai 24 mcg sesuai kondisi klinis. Sementara itu, untuk PPOK, dosis tetap 12 mcg dua kali sehari dengan maksimal 48 mcg per hari.
Aturan Pakai Formoterol
Instruksi penggunaan formoterol perlu diikuti sebagaimana yang diarahkan oleh dokter dan anjuran pada kemasan. Penggunaan farmakologi ini melalui cara inhalasi dengan inhaler, dan juga ada dalam bentuk larutan untuk nebulizer. Pastikan perangkat inhaler tetap bersih sebelum pemakaian, lakukan pengocokan sebelum digunakan, dan hirup obat dengan tenang. Formoterol semestinya digunakan secara rutin pada waktu yang sama setiap harinya. Wadah formoterol perlu disimpan pada suhu ruang dan terhindar dari sinar matahari langsung.
Efek Samping Formoterol
Walaupun dikategorikan sebagai obat yang aman, formoterol tetap memiliki potensi efek samping, yang mungkin meliputi:
- Tremor
- Nausea atau mual
- Sakit kepala
- Nyeri abdominal
- Insomnia
- Mulut kering
- Kesulitan berbicara
- Rasa gelisah Adalah penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika simptom ini tidak membaik atau bertambah parah, serta jika menemui reaksi alergi atau isu kardiovaskular yang lebih serius.
Peringatan dan Perhatian saat Pakai Formoterol
Pada saat menggunakan bronkodilator ini, pasien harus mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:
- Informasikan kepada dokter mengenai riwayat alergi
- Diskusikan terlebih dahulu sebelum mengonsumsi obat ini bagi yang sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan
- Beritahu dokter apabila memiliki catatan kesehatan terkait penyakit kardiovaskular, hipertiroidisme, elektrolit, kejang, atau diabetes
- Sampaikan penggunaan obat lain untuk menghindari interaksi Serta, segera temui dokter apabila mengalami reaksi alergi atau overdosis.
Efek Formoterol untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Formoterol berpotensial berdampak pada janin dan belum teruji sepenuhnya pada wanita hamil. Terkategori dalam Kategori C, formoterol hanya sebaiknya digunakan ketika manfaatnya melampaui potensi risiko. Bagi ibu menyusui, konsultasi dengan dokter direkomendasikan untuk mencegah risiko pada bayi sebab keselamatan penggunaan obat ini selama menyusui belum diketahui pasti.
Interaksi Formoterol dengan Obat Lain
Formoterol dapat berinteraksi dengan berbagai jenis obat, yang dapat meningkatkan risiko efek samping negatif, seperti:
- Gangguan ritme jantung dengan quinidine, disopyramide, antihistamin, halothane gas, atau procainamide
- Risiko hipokalemia dengan teofilin, kortikosteroid, atau furosemide
- Efektivitas obat meningkat dengan antikolinergik seperti ipratropium atau glycopyrronium
- Efektivitas menurun dengan penghambat beta
- Risiko gangguan jantung dengan MAOI, makrolid, atau antidepresan trisiklik Pengguna harus mencatat semua obat yang dikonsumsi dan berdiskusi dengan dokter untuk menghindari interaksi yang tidak diinginkan.