Apa itu obat cyclosporine?
Cyclosporine, yang juga dikenal sebagai siklosporin, adalah agen imunosupresan yang efektif dalam menurunkan fungsi sistem imun pada tubuh. Obat ini biasa digunakan untuk mencegah reaksi penolakan organ pada pasien transplantasi, meliputi organ seperti hati, ginjal, dan jantung. Selain itu, siklosporin juga efektif untuk penyembuhan berbagai penyakit autoimun, seperti penyakit Crohn dan ulcerative colitis. Siklosporin umumnya diberikan bersama dengan obat lain untuk memastikan organ transplantasi bekerja dengan baik.
Dosis cyclosporine
Di Indonesia, siklosporin tersedia dalam bentuk kapsul lunak, solusi oral, dan tetes mata. Dosis siklosporin yang direkomendasikan oleh BPOM Indonesia diatur sesuai dengan kebutuhan spesifik pasien, diantaranya:
- Dosis awal untuk pencegahan penolakan transplantasi organ pada dewasa adalah 10-15 mg/kgBB per hari, diikuti dengan 2-6 mg/kgBB untuk pemeliharaan.
- Untuk transplantasi sumsum tulang, dosis awal adalah 3-5 mg/kgBB per hari, dan dosis pemeliharaan mencapai 12,5 mg/kgBB per hari selama 3-6 bulan
- Pengobatan psoriasis dan dermatitis atopik memerlukan dosis oral 2,5 mg/kgBB yang bisa meningkat hingga maksimal 5 mg/kgBB.
- Dalam kasus sindrom nefrotik dan rheumatoid arthritis, dosis oral berkisar antara 2,5-5 mg/kgBB per hari.
Aturan Pakai cyclosporine
Siklosporin yang tersedia dalam bentuk kapsul lunak dan solusi oral harus dikonsumsi secara teratur, idealnya sekali sehari. Penting untuk mengikuti petunjuk dosis pada etiket resep dan berkonsultasi dengan dokter atau apoteker untuk memahami petunjuk yang tidak dikerti. Dosis siklosporin mungkin perlu disesuaikan selama perawatan dan secara bertahap bisa dikurangi tergantung dari efek samping yang dirasakan.
Efek Samping cyclosporine
Penggunaan siklosporin bisa menimbulkan efek samping, yang bisa berbeda antar individu. Beberapa efek samping yang umum termasuk:
- Sakit kepala
- Diare
- Maag
- Pertumbuhan rambut berlebih
- Hipertrofi gusi
- Jerawat
Sementara efek samping yang serius bisa meliputi:
- Pendarahan atau memar tak biasa
- Kuningnya kulit atau mata
- Kejang
- Kesulitan mengendalikan gerakan tubuh
Peringatan dan Perhatian saat Pakai obat cyclosporine
Penting untuk memberitahu dokter jika Anda memiliki alergi terhadap siklosporin atau komponen aktif yang lain pada produk kapsul atau solusi. Siklosporin juga bisa mempengaruhi kondisi tertentu, seperti tingkat kolesterol yang rendah atau disfungsi penyerapan nutrisi. Untuk wanita hamil atau menyusui, konsultasi harus dilakukan, mengingat risiko siklosporin menyebabkan kelahiran premature dan terserap ke dalam ASI. Jangan melakukan vaksinasi hidup tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Efek cyclosporine untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Berdasarkan studi FDA, siklosporin memiliki potensi untuk menimbulkan toksisitas reproduksi yang bisa meningkatkan risiko kematian janin dan masalah pertumbuhan pada bayi. Siklosporin juga dapat masuk ke dalam ASI. Oleh karena itu, wanita yang sedang hamil atau menyusui harus berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat ini.
Interaksi cyclosporine dengan Obat Lain
Berbagai macam interaksi obat dapat terjadi dengan siklosporin, berakibat pada peningkatan risiko efek samping yang berbahaya, seperti:
- Risiko kejang bersama dengan methylprednisolone dosis tinggi
- Potensi rhabdomyolysis dengan simvastatin
- Pengurangan efektivitas vaksin hidup
- Penurunan kerja siklosporin dengan obat seperti carbamazepine dan rifampicin
- Gangguan fungsi ginjal dengan aminoglikosida atau nsaid
Mengonsumsi siklosporin dengan makanan seperti grapefruit bisa meningkatkan kadar obat dalam darah. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai obat-obat yang sedang digunakan sebelum memulai terapi siklosporin.