Apa itu Cyclophosphamide?
Cyclophosphamide adalah suatu bentuk pengobatan onkologi yang digunakan secara khusus untuk beberapa tipe kanker dan sebagai terapi untuk sindrom nefrotik. Fungsi utamanya adalah menginterupsi pertumbuhan sel kanker dengan merusak DNA mereka dan membatasi fungsi sistem imun. Medikasi ini dikhususkan untuk digunakan oleh pasien dewasa dan hanya tersedia dalam bentuk suntik yang diberikan oleh profesional medis di lingkungan rumah sakit.
Dosis Cyclophosphamide
Dosis cyclophosphamide akan ditentukan oleh dokter berdasarkan kondisi klinis pasien. Umumnya, penggunaannya pada pengobatan kanker, termasuk limfoma Hodgkin, leukemia, kanker ovarium dan payudara, Dewasa: 40-50 mg/kgBB per 2-5 hari dan akan diulang setelah interval 2-4 minggu. Untuk sindrom nefrotik, dosis yang umumnya diberikan pada dewasa adalah 2-3 mg/kgBB yang bisa berlangsung hingga 12 minggu jika terapi kortikosteroid tidak berhasil. Dosis juga dapat bervariasi jika dikombinasikan dengan terapi antikanker lain.
Cara Menggunakan Cyclophosphamide dengan Benar
Cyclophosphamide injeksi hendaknya diberikan secara intravena di fasilitas perawatan kesehatan. Pasien perlu mengikuti arahan medis yang diberikan selama terapi obat untuk mencapai efektivitas yang optimal. Penting bagi pasien untuk mengonsumsi cukup air sebagai pencegahan masalah ginjal dan kandung kemih. Meski mungkin mengalami efek samping seperti mual atau muntah, penderita disarankan untuk terus melanjutkan pengobatan dan menginformasikan dokter apabila efek samping berlanjut atau menjadi lebih buruk.
Efek Samping Cyclophosphamide
Terdapat beberapa kemungkinan efek samping yang bisa terjadi pasca pemberian cyclophosphamide, antara lain:
- Nausea atau muntah
- Kehilangan nafsu makan
- Diare
- Nyeri abdominal
- Perubahan warna kulit dan kuku
- Alopesia
- Stomatitis
Kondisi serius yang mungkin timbul meliputi gangguan fungsi hati dan jantung, anemia, gejala penyakit infeksi, dan komplikasi pada ginjal dan saluran kemih. Pasien harus segera menghubungi dokter jika mengalami salah satu dari gejala tersebut atau apabila terjadi alergi obat.
Peringatan dan Perhatian saat Pakai Cyclophosphamide
Sebelum memulai terapi dengan cyclophosphamide, berikut ini adalah beberapa hal yang harus diwaspadai:
- Adanya riwayat alergi terhadap obat kemoterapi
- Jika pasien mengalami penyumbatan pada kandung kemih
- Riwayat penyakit-penyakit serius seperti liver, ginjal, paru-paru, kardiovaskular, diabetes, asam urat, atau porfiria
- Keadaan sistem imun yang rendah, baik akibat penyakit ataupun penggunaan obat-obatan tertentu
- Riwayat gangguan sumsum tulang atau kelainan darah
- Pembahasan mengenai risiko penyuburan selama dan setelah penggunaan obat
Penting untuk selalu mengkomunikasikan kondisi kesehatan dan penggunaan obat apa pun dengan dokter sebelum menjalani pengobatan dengan cyclophosphamide.
Efek Cyclophosphamide untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Penting untuk dicatat bahwa cyclophosphamide termasuk dalam Kategori D bagi ibu hamil, yang menunjukkan risiko potensial terhadap janin namun dapat digunakan ketika manfaat lebih besar daripada risiko. Ibu menyusui disarankan untuk tidak menyusui paling tidak selama tiga hari pasca terapi untuk mencegah risiko neutropenia, trombositopenia, dan anemia pada bayi.
Interaksi Cyclophosphamide dengan Obat Lain
Cyclophosphamide bisa berinteraksi dengan berbagai obat lain yang dapat mempengaruhi keamanan dan efektivitas pengobatannya. Di antaranya:
- Peningkatan risiko inflamasi dan perdarahan pada kandung kemih dengan doxorubicin
- Gangguan darah dengan ACE inhibitor, paclitaxel, zidovudine, clozapine, atau hydrochlorothiazide
- Kerusakan jantung dengan cytarabine
- Permasalahan paru dengan amiodarone
- Masalah ginjal dengan amphotericin B dan indometacin
- Hati dengan azathioprine
Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi cyclophosphamide bersamaan dengan obat-obatan lain.