Apa itu Crizotinib?
Crizotinib termasuk dalam kelas obat kemoterapi yang meresepkan dan dikhususkan untuk perawatan kanker paru-paru kategori non-small cell serta limfoma jenis anaplastic besar yang telah kambuh. Crizotinib memiliki nilai terapeutik yang signifikan dalam menekan pertumbuhan sel kanker sehingga dapat meredakan masalah yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut. Ini diresepkan hanya untuk pasien dewasa dan dikategorikan dalam Kategori D untuk wanita hamil serta tidak dianjurkan untuk ibu yang menyusui. Formulasi obat ini tersedia dalam bentuk kapsul.
Dosis Crizotinib
Umumnya, dosis crizotinib yang disarankan dalam protokol kemoterapi adalah 250 mg yang dikonsumsi dua kali sehari. Ini bertujuan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker dan untuk meredakan gejala yang muncul akibat kanker.
Aturan Pakai Crizotinib
Instruksi dari dokter harus selalu diikuti ketika mengonsumsi crizotinib. Terutama penting untuk mengonsumsi obat ini dengan benar untuk mencapai efikasi maksimal dalam pengobatan:
- Crizotinib dapat diminum sebelum atau sesudah makan.
- Kapsul harus ditelan utuh dengan air, tanpa dikunyah atau dibuka.
- Dokter harus dihubungi seandainya pasien muntah setelah minum crizotinib.
- Jika terlupa, minumlah secepatnya kecuali jika waktunya sudah dekat dengan dosis berikutnya.
Efek Samping Crizotinib
Crizotinib dapat mengakibatkan beberapa efek samping, antara lain:
- Diare atau konstipasi
- Mual atau muntah
- Sakit lambung
- Kehilangan nafsu makan
- Perubahan rasa
- Sariawan
- Iritasi hidung dan tenggorokan
- Kelelahan
- Nyeri otot dan sendi
- Pembengkakan ekstremitas
- Ruam
Peringatan dan Perhatian saat Pakai Crizotinib
Ketika mengonsumsi crizotinib, diperlukan perhatian khusus mengenai kondisi medis dan faktor risiko, yang meliputi:
- Alergi terhadap komponen obat
- Riwayat penyakit ginjal, hati, paru-paru, dan jantung
- Gangguan penglihatan
- Kehamilan atau masa menyusui
- Penggunaan alat kontrasepsi pascatreatment
- Proses medis atau operasi yang akan dijalani
- Penggunaan obat lainnya
- Keterbatasan aktivitas setelah konsumsi obat
- Paparan sinar matahari yang berlebih
Kondisi yang memerlukan perhatian khusus harus disampaikan kepada dokter yang bertanggung jawab.
Efek Crizotinib untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Dengan resiko yang ada, Crizotinib dapat diklasifikasikan dalam Kategori D selama kehamilan. Artinya, ada bukti terjadinya risiko terhadap janin namun keuntungan terapi bisa lebih besar dari risiko tersebut. Ibu yang menyusui tidak disarankan untuk mengonsumsi obat ini dan disarankan untuk menghindari menyusui selama masa terapi berlangsung hingga 45 hari pasca dosis terakhir.
Interaksi Crizotinib dengan Obat Lain
Penggunaan crizotinib berpotensi interaksi dengan sejumlah obat. Contoh interaksi meliputi:
- Penambahan risiko efek samping ketika digunakan dengan atazanavir, clarithromycin, indinavir, ketoconazole, atau saquinavir.
- Penurunan efektivitas crizotinib ketika dikombinasikan dengan carbamazepine, phenytoin, phenobarbital, rifabutin, atau rifampicin.
- Peningkatan risiko depresi kardiovaskular bila dikonsumsi dengan penghambat beta, diltiazem, verapamil, clonidine, atau digoxin.
- Peningkatan risiko gangguan irama jantung yang parah bila digunakan bersamaan dengan quinidine dan amiodarone.