Apa itu Cefaclor?
Cefaclor merupakan jenis antibiotik yang fungsinya untuk membasmi bakteri penyebab infeksi dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri serta mengaktifkan enzim yang berperan dalam penghancurannya. Akibatnya, bakteri tidak dapat bertahan hidup dan infeksi dapat teratasi. Cefaclor tidak efektif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus seperti flu. Sebelum memutuskan penggunaan cefaclor, konsultasi dengan dokter merupakan hal yang penting.
Dosis Cefaclor
Dokter menentukan dosis cefaclor berdasarkan usia, berat badan, dan tingkat keparahan infeksi yang diderita oleh pasien. Cefaclor dipakai untuk mengobati berbagai infeksi bakteri termasuk faringitis, infeksi ginjal, dan pneumonia.
Dosis yang biasa diresepkan adalah:
- Dewasa: 250-500 mg tiga kali sehari setiap delapan jam. Pada kasus infeksi serius, dosis dapat dinaikkan hingga dosis maksimum 4000 mg per hari.
- Anak di atas 1 bulan: 20 mg/kg berat badan per hari dibagi menjadi 2-3 dosis. Jika infeksi lebih berat, dosis dapat ditingkatkan hingga 40 mg/kg maximal 1000 mg per hari.
Aturan Pakai Cefaclor
Untuk penggunaan yang benar, ikuti anjuran dokter dan bacalah petunjuk pada label obat. Takaran dosis cefaclor tidak boleh dirubah tanpa persetujuan dokter. Obat ini boleh dikonsumsi sebelum atau sesudah makan, dan apabila mengalami sakit maag, sebaiknya cefaclor diminum saat makan atau setelah makan. Telan tablet atau kapsul dengan air dan jangan membukanya tanpa petunjuk dokter. Sirop kering harus dilarutkan dengan air tepat sesuai anjuran sebelum diminum dan pastikan untuk mengocoknya terlebih dahulu. Jangan lupa gunakan takaran yang tepat untuk mengukur dosis sirop cefaclor dan simpan baik tablet maupun sirop pada tempat yang sejuk dan kering, serta sirop dalam lemari es setelah dicampur air.
Efek Samping Cefaclor
Penggunaan cefaclor terkadang dapat menimbulkan efek samping, antara lain:
- Rasa mual atau muntah
- Gangguan pada lambung seperti sakit maag
- Diare
- Sakit kepala
- Keputihan atau rasa gatal pada vagina Bila efek samping memburuk atau bertahan, periksakan ke dokter. Jika terjadi efek samping serius seperti diare berdarah, perdarahan tanpa sebab yang jelas, kejang, atau urine yang berubah warna, hentikan penggunaan dan segera temui dokter.
Peringatan dan Perhatian saat Pakai Cefaclor
Sebelum dan selama pengobatan dengan cefaclor, pertimbangkan beberapa hal penting ini:
- Hindari penggunaan apabila alergi terhadap cefaclor atau antibiotik sefalosporin lain.
- Sampaikan riwayat alergi, termasuk terhadap penisilin, kepada dokter sebelum memulai terapi.
- Beritahukan dokter tentang riwayat masalah ginjal atau kondisi medis lainnya.
- Informasikan ke dokter tentang semua obat yang sedang digunakan.
- Diskusikan terlebih dahulu penggunaan cefaclor dengan dokter apabila hamil, merencanakan kehamilan, atau menyusui.
- Beri tahu dokter bila hendak menjalani pemeriksaan medis atau vaksinasi.
- Waspadai reaksi alergi atau overdosis dan segera cari bantuan medis.
Efek Cefaclor untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Cefaclor dikelompokkan ke dalam Kategori B, yang artinya studi pada hewan percobaan tak menunjukkan risiko pada janin, meski belum ada studi terkontrol pada manusia. Ibu menyusui wajib konsultasi dengan dokter mengingat cefaclor dapat masuk ke dalam ASI.
Interaksi Cefaclor dengan Obat Lain
Cefaclor bisa menimbulkan interaksi obat jika digunakan bersama obat-obat tertentu. Beberapa dari interaksi tersebut meliputi:
- Potensi peningkatan efek samping bila digunakan bersama probenecid.
- Risiko perdarahan lebih tinggi apabila dikombinasikan dengan warfarin.
- Penurunan efektivitas vaksin bakteri hidup seperti vaksin tifoid dan BCG bila diberikan bersamaan.