Orgasme wanita tak jarang menjadi hal yang ditunggu dalam aktivitas bercinta. Saat Anda merasa tak nyaman ketika menunggu klimaks, terkadang wanita memutuskan untuk sedikit berakting, dengan mengeluarkan suara-suara desahan, guna meyakinkan pasangan, bahwa Anda sudah mencapai orgasme.
SEPERTIÂ halnya yang dipertontonkan di banyak film, kebanyakan adegan seperti itu adalah palsu. Tapi sayang, tak banyak pria yang bisa membedakan jika si pasangan benar-benar mencapai orgasme, atau hanya sekedar berakting.
Untuk mengetahui alasan, kenapa banyak kaum hawa melakukan hal tersebut, berikut adalah beberapa  penjelasannya.
Evolusi Orgasme Palsu
Para ilmuwan percaya bahwa orgasme palsu adalah salah satu cara untuk menjaga kelanggengan pasutri. Sebuah studi yang diterbitkan pada jurnal "Archives of Sexual Behavior" pada tahun 2011, disebutkan bahwa sekitar 54 persen dari 450 wanita berhasil melanggengkan hubungan  mereka selama bertahun-tahun sekalipun sering melakukan orgasme palsu. Kelompok ini bahkan hafal benar dengan tingkah laku pasangan mereka masing-masing, meskipun saat mereka sedang berjauhan.
Berdasarkan fakta tersebut, penulis studi pun berhipotesa bahwa evolusi orgasme palsu ini semata-mata didasari oleh mitos untuk menyaring sel sperma terbaik. Karena fungsi orgasme wanita adalah untuk menyeleksi sel terbaik, saat sperma masuk dalam pembuahan.
Sekarang, fungsi orgasme palsu diluar tema pembuahan, bisa juga sebagai metode untuk meningkatkan komitmen dengan pasangan, hal ini disebutkan di buku Randy Thornhill dan Steven W. Gangestad, yang berjudul "The Evolution Biology of Human Female Sexuality".
Beberapa wanita juga mengungkapkan bahwa kepura-puraannya saat berorgasme terbukti mampu menurunkan ego pasangannya, meskipun hasrat yang sebenarnya tak dirasakan sama sekali oleh mereka. Karena semua beralasan, daripada hubungan mereka kacau karena hal seputar seks, lebih baik mereka ciptakan hal tersebut demi membangun chemistry dari segi fisik.
Eboni Harris, seorang terapis, edukator dan pemilik program khusus seputar hubungan pasutri, menjelaskan bahwa teori keintiman awalnya terjalin ketika adanya sifat kompetisi saat berhubungan intim.
"Wanita berpikir, jika mereka dapat memperlakukan dengan baik pasangan mereka (terutama dalam hal seks), maka sang pasangan akan setia kepadanya." Ungkapnya di Medical Daily.
Perspektif seperti itu seolah memperkuat bahwa stereotipe gender pria lebih kuat dibadingkan wanita.
"Wanita sering berharap bahwa pasangannya lebih dominan saat di ranjang," Bobbie Morgan, seks blogger, yang menuliskan artikel "A Good Woman’s Dirty Mind" di Medical Daily. "Ini adalah sebagian kecil fantasi seks yang umum diharapkan wanita."
Hal ini tanpa sadar terbentuk sebagai penanda antara perilaku wanita dan pria ketika sedang berhubungan intim.
Baca juga:Â Pria Juga Memalsukan Orgasme?
Peran gender sangat berpengaruh saat seks dilakukan
Dalam banyak hal, orgasme palsu seolah memperkuat mitos bahwa yang dibutuhkan pria adalah semua hal yang berhubungan dengan hubungan intim. Di tahun 2014, sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Culture, Health & Sexuality menyimpulkan bahwa dari 20 wanita, ditemukan sebanyak dua belas orang berperilaku seks normal dan delapan lainnya biseksual atau lesbian, di usia antara 18 hingga 59 tahun. Dan rata-rata mereka sering memalsukan orgasme mereka untuk meyakinkan pasangan mereka bahwa kemampuan seks mereka sangat baik, agar tidak ada yang saling dikecewakan akan hal tersebut.
Masalahnya disini adalah, saat seks menjadi tolak ukur kejantanan pria, maka ada esensi  kenikmatan yang hilang bersamaan dengannya, ungkap Dr. Judi Cineas, pekerja klinik sosial, terapis dan founder Living The Dream di Palm Beach.
"Sebaliknya, jika semua kepura-puraan tersebut dilepaskan dengan mencoba menikmati setiap hubungan intim yang dilakukan, hal ini tentu akan membuat seorang pria merasa semakin jantan," Ungkap Cineas di Medical Daily.
Selanjutnya, pengaruh gender pria juga sangat ditentukan dengan adanya faktor budaya, dimana umumnya pria dipandang lebih kuat dibandingkan wanita, karena mereka adalah kepala keluarga dan pencari nafkah untuk keluarganya, ungkap Dr. Fran Walfish, psychotherapist Beverly Hills, penulis "The Self-Aware Parent", dan panelis ahli di WE TV’s Sex Box.
"Jika seksualitas wanita, kemampuan seks dan kenikmatan seks, dicapai pada level yang sama antar pasangan. Maka semuanya akan menjadi semakin harmonis," Ungkapnya.
Semuanya ada di pikiran Anda
Teori kenapa wanita memalsukan orgasme mereka sebagian besar adalah faktor dari pria, tapi bagaimana jika ternyata hal tersebut justru menambah pengalaman saat bercinta? Wanita mungkin memalsukan orgasme mereka untuk mengejar sisi positif dari hubungan intim, daripada hanya sekedar menghindari sisi negatifnya.
Sebuah studi di tahun 2014 yang diterbitkan di Journal of Sexual Archives ditemukan bahwa orgasme wanita dapat memicu ikatan emosional terhadap pasangan," sekalipun ada kepercayaan untuk meredam ego pria. Studi ini adalah satu-satunya studi yang menyarankan wanita untuk memalsukan orgasme dengan alasan keegoisan.
Oleh karena itu, energi positif yang Anda pancarkan justru akan memberikan efek yang lebih baik terhadap pengalaman bercinta Anda. Banyak ilmuwan menyimpulkan, bahwa wanita hanya terfokus pada sensasi jasmani semata, saat ingin mencapai orgasme. Wanita yang sulit mencapai orgasme percaya bahwa banyak hal yang membuat pikiran mereka mudah buyar saat hubungan intim dilakukan, menurut sebuah studi di tahun 2014, yang diterbitkan di jurnal Sexologies.
Tetapi, tak semua wanita mencapai klimaks saat berhubungan intim. "Ada sebagian wanita yang merasakan tidak nyaman saat orgasme tiba, entah mereka mudah atau sulit mencapainya, yang jelas memalsukannya adalah suatu jalan keluar yang membuat mereka justru lebih nyaman," April Masini, pakar dan penulis seputar hubungan pasutri, mengungkapkannya ke Medical Daily.
Hanya sebagian kecil wanita yang merasakan pengalaman orgasme secara teratur, sekalipun butuh penstimulasian tambahan pada klitoris untuk mencapai klimaks, menurut The Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada. Di tahun 2014 sebuah studi yang diterbitkan di journal Clinic Anatomy, mengungkapkan bahwa orgasme pada vagina wanita dilaporkan selalu disebabkan oleh beberapa organ seperti penis, klitoris, sedangkan G-spot tidak termasuk.
Meskipun G-Spot masih dalam perdebatan, tapi yang jelas, wanita tak akan bisa mencapai orgasme jika dia melakukan seks seorang diri. Bagaimanapun itu, Walfish percaya bahwa wanita dapat mencapai orgasme saat pasangannya melakukan stimulasi pada klitoris mereka.
Baca juga:Â Kebenaran Tentang G-Spot Wanita, Fakta atau Mitos Belaka?
Haruskah Anda memalsukannya?
Jika dijabarkan, alasannya mungkin akan lebih panjang lagi, tapi haruskah Anda melakukannya?
Jawabannya tidak perlu, yang perlu Anda lakukan adalah mempelajari bagian tubuh Anda sendiri.
Memalsukan orgasme dapat meyakinkan pria, sedangkan wanita hanya sebagai pelengkap saja saat hubungan intim dilakukan, ungkap Masini. "Mereka memalsukannya, seolah sebagai penutupnya, meskipun tidak terjadi secara alami," ungkapnya.
Bagaimanapun, memalsukan orgasme dapat merusak keintiman dan kepercayaan. Meskipun banyak orang yang menyangkalnya, tapi aku tak peduli, aku tetap percaya akan hal itu. Buktikan kepada pasanganmu bahwa kau mampu, adalah cara yang paling efektif untuk memperkuat keintiman dengan pasangan, menurut Masini.
Dan yang terakhir adalah, belajar berkomunikasi dengan pasangan, apa yang sebaiknya  pasangan Anda lakukan pada Anda saat berhubungan intim dan hal lain seputar diri Anda. komunikasikan semuanya agar Anda dapat menikmati seks yang sesungguhnya.