Penyakit peyronie apakah berbahaya? Pertanyaan ini mungkin langsung muncul dalam benak pria yang sudah mengerti tentang penyakit peyronie. Namun, apa sih sebenarnya penyakit peyronie ini?
PENISÂ pria memang beragam ukuran dan bentuknya. Beberapa pria memang terlahir dengan Mr P bengkok, dan itu normal. Namun bengkoknya Mr P yang disebabkan penyakit peyronie tentu berbeda dan tidak normal.
Nah, bagi Anda yang belum tahu tentang penyakit ini, temukan jawabannya di sini, yuk!
Apa Itu Penyakit Peyronie?
Penyakit Peyronie adalah perkembangan jaringan parut fibrosa di dalam penis yang membuat penis jadi melengkung dan terasa menyakitkan. Penis akan terlihat melengkung ketika sedang ereksi.
Rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit inilah yang seringkali membuat penderitanya merasa tersiksa. Jangan khawatir, bahaya penyakit Peyronie memang tidak berujung pada kematian.
Akan tetapi, kondisi ini tentu mengganggu kehidupan seksual penderitanya. Tak jarang penderita Peyronie merasa kesulitan mendapatkan atau mempertahankan ereksi. Alhasil, keadaan tersebut akan membuat penderitanya stres dan depresi, terutama karena tidak bisa bercinta seperti semestinya.
Gejala Penyakit Peyronie
Ketahuilah bahwa gejala penyakit Peyronie bisa muncul secara tiba-tiba atau bertahap. Adapun gejala umum dari peyronie antara lain adalah:
- Jaringan parut yang muncul di bawah kulit penis berbentuk benjolan datar
- Penis melengkung ke atas, bawah, atau sisi kanan maupun kiri
- Kesulitan mendapatkan atau mempertahankan ereksi
- Ukuran penis menyusut dengan sendirinya
- Rasa sakit pada saat ereksi atau ketika tidak melakukan aktivitas seksual apapun
Nyeri yang disebabkan oleh Peyronie bisa hilang dengan sendirinya dalam waktu yang tidak bisa diprediksi. Akan tetapi, lengkungan yang membuat Mr P bengkok tidak akan hilang.
Pengobatan Penyakit Peyronie
Mengingat salah satu bahaya penyakit Peyronie berimbas pada kehidupan seksual penderitanya, maka penyakit ini sejatinya tidak bisa dianggap sepele. Dalam beberapa kasus, penyakit Peyronie pada pria memang bisa hilang dengan sendirinya.
Namun, jika Anda sudah mengalami sakit atau gejala yang sangat mengganggu, sebaiknya segera kunjungi dokter. Berikut adalah jenis perawatan dan obat untuk penyakit Peyronie secara medis:
-
Obat-obatan
Dokter akan meresepkan obat untuk penderita Peyronie. Salah satu obat yang dianjurkan adalah pentoxifylline yang mampu mengurangi jaringan parut pada penis. Ada juga dua jenis obat lainnya, yakni interferon atau verapamil, yang menghancurkan timbunan kolagen penyebab kebengkokan Mr P.
-
Bedah
Selain pemberian obat-obatan, dokter juga menyarankan perawatan penyakit Peyronie dengan prosedur pembedahan. Salah satu metode pembedahan adalah dengan menjahit sisi penis yang tidak terdapat jaringan parut.
Ada juga metode irisan atau cangkok dengan membuat satu atau beberapa sayatan di jaringan parut agar penis dapat meregang. Kemudian, ada juga implan penis untuk mengganti jaringan di dalam penis.
Setiap pengobatan yang Anda pilih tentu saja ada risiko dan efek sampingnya. Jadi, pikirkan kembali sebelum Anda mengambil keputusan.
Faktor Risiko Peyronie
Setiap pria memiliki risiko penyakit Peyronie, terutama bagi pria yang pernah mendapatkan cidera kecil di bagian penis. Namun, ada beberapa faktor tambahan yang juga dapat menjadi penyebab penyakit Peyronie.
-
Keturunan
Jika ayah atau saudara laki-laki pernah mengalami penyakit Peyronie, secara tidak langsung risiko Anda memiliki penyakit ini juga semakin besar.
-
Gangguan Jaringan Ikat
Pria yang memiliki kelainan jaringan ikat sebelumnya juga berpotensi mendapatkan penyakit ini.
-
Usia
Risiko Peyronie Menjadi semakin besar seiring bertambahnya usia pria. Pria di usia di atas 55 tahun memiliki risiko mengalami penyakit Peyronie yang tinggi ketimbang pria yang usianya lebih muda.
-
Kondisi Kesehatan
Walaupun kecil kemungkinannya, kondisi kesehatan turut berkontribusi dalam meningkatkan risiko Peyronie. Misalnya, pria merokok atau penderita kanker prostat memiliki risiko Peyronie yang lebih tinggi.
Sumber:
Peyronie's Disease. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/peyronies-disease/. Dilansir dari 4 April 2019.