Banyak pasangan suami istri yang menerapkan program keluarga berencana dalam pernikahan mereka. Untuk mewujudkan program keluarga berencana, dilakukan pemasangan alat kontrasepsi bagi pasangan. Bentuk alat kontrasepsi sendiri bermacam-macam sehingga dapat disesuaikan dengan keinginan Anda dan pasangan.
KELUARGA berencana, atau sering disingkat KB, merupakan program BKKBN yang menganjurkan pasangan suami istri untuk memiliki anak tidak lebih dari dua. Upaya ini dilakukan untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk, terlebih di negara dengan jumlah penduduk yang besar seperti Indonesia. Penggunaan alat kontrasepsi dianggap menjadi cara tepat untuk mewujudkan program keluarga berencana. Selain mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, kontrasepsi juga bermanfaat untuk mencegah STI (Sexually Transmitted Infection), atau penyakit menular seksual.
Kontrasepsi sendiri bermakna cara untuk mencegah terjadinya kehamilan. Cara kerja kontrasepsi meliputi pencegahan sperma masuk ke sel telur, menghalangi fungsi reproduksi, dan menghalangi sel telur dibuahi di dalam rahim.
Berdasarkan jenisnya, kontrasepsi terbagi menjadi empat, yakni metode pencegahan, metode hormonal, pemasangan alat kontrasepsi pada rahim (Intrauterine Device/IUD), dan sterilisasi. Kontrasepsi dengan metode pencegahan meliputi pemakaian kondom untuk pria dan wanita, sedangkan kontrasepsi dengan metode hormonal meliputi konsumsi pil KB. Berikut adalah penjelasan dari jenis-jenis kontrasepsi yang dapat Anda pilih untuk mewujudkan program keluarga berencana.
PIL KB
Konsumsi pil KB menjadi salah satu kontrasepsi yang paling banyak digunakan di Indonesia. Penggunaan pil KB harus menggunakan resep dokter dan tidak diperjualbelikan secara bebas. Pil KB dapat menghindarkan risiko kehamilan hingga 95%. Pada dasarnya, pil kontrasepsi terbagi menjadi dua, yakni pil yang mengandung hormon estrogen dan progestin atau pil mini yang mengandung hormon progestin. Jika Anda mengonsumsi pil KB dalam bentuk pil mini, maka konsumsinya harus dilakukan setiap hari. Selain itu, perlu diketahui bahwa pil KB dapat mencegah kehamilan, namun tidak memberi jaminan Anda bebas dari ancaman STI.
Â
Â
SUNTIK KONTRASEPSI
Selain konsumsi pil, kontrasepsi berupa suntikan (atau lazim dikenal suntik KB) menjadi salah satu cara yang paling banyak ditemui di Indonesia. Suntik KB biasa dilakukan selama tiga bulan sekali. Suntik KB memiliki efek yang sama dengan pil KB, yakni mencegah terjadinya kehamilan hingga 99%. Suntik KB baru akan berkurang efeknya ketika wanita lupa untuk melakukan suntik lanjutan setelah tiga bulan. Suntik KB juga tidak membuat wanita bebas dari ancaman STI.
KONDOM PRIA
Kondom pria biasanya terbuat dari latex, namun ada pula kondom pria yang terbuat dari polyurethane atau kulit domba. Kondom menjadi kontrasepsi yang sangat terkenal karena selain dapat mencegah terjadinya kehamilan, kondom juga mudah digunakan dan dapat mencegah seseorang dari bahaya STI. Akan tetapi, kondom dari kulit domba tidak dapat melindungi Anda dari ancaman STI. Kondom bekerja dengan cara mencegah sperma masuk ke sel telur. Kondom memiliki beberapa sifat, seperti hanya sekali pakai dan dapat digunakan bersama pelumas buatan/lubricants.
KONDOM WANITA
Sebagian orang menganggap kondom hanya ditujukan untuk pria. Padahal, ada pula kondom wanita. Sayangnya, kondom wanita masih jarang ditemui di pasaran Indonesia. Cara kerja kondom wanita hampir sama dengan kondom pria, yakni digunakan untuk melapisi alat vital (dalam hal ini dinding vagina. Kondom wanita juga memiliki keunggulan yang sama dengan kondom pria, yakni mencegah kehamilan dan risiko terkena STI. Kondom wanita memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan kondom pria karena kemungkinan bocor atau rusak lebih kecil dibandingkan kondom pria.Â
Baca Juga: Keunggulan Kondom Wanita Sebagai Metode Kontrasepsi
DIAFRAGMA
Cara kerja diagragma adalah dengan mencegah sperma masuk ke dalam rahim. Diafragma biasa dipasang pada bagian dalam vagina. Saat melakukan hubungan intim, wanita yang menggunakan diafragma sebagai kontrasepsi harus melengkapinya dengan spermisida, yakni pelumas yang berfungsi membunuh sperma sebelum masuk ke rahim. Diafragma harus dipasang paling tidak enam jam sebelum melakukan hubungan intim, dan dilepas sehari setelahnya untuk dibersihkan. Sama halnya dengan suntik KB dan pil KB, diafragma tidak menghindarkan wanita dari bahaya STI. Selain itu, pemasangan diafragma juga dapat mengakibatkan bladder infection atau infeksi kandung kemih.
PEMASANGAN CERVICAL CAP
Cervical cap adalah versi lebih kecil dari diafragma. Penggunaan cervical cap juga harus dibarengi dengan spermisida. Keunggulan cervical cap dibandingkan diafragma adalah minimnya risiko terkena infeksi kandung kemih. Cervical cap harus tetap berada di dalam vagina paling tidak enam jam setelah berhubungan intim, namun harus dilepas dalam waktu dua hari setelahnya. Kekuatan cervical cap dan diafragma dalam mencegah kehamilan tidak setinggi kondom, pil, atau suntik KB.
PEMASANGAN INTRAUTERINE DEVICE (IUD)
Intrauterine device (IUD) atau spiral adalah pemasangan kontrasepsi di dalam rahim adalah solusi untuk mencegah kehamilan dalam waktu lama. Keefektifan IUD dalam mencegah kehamilan melebihi 99%, namun alat ini tidak melindungi penggunanya dari risiko STI.
STERILISASI
Sterilisasi adalah kontrasepsi yang dapat dilakukan oleh pria dan wanita. Sterilisasi pada pria dikenal dengan istilah vasektomi, yakni tindakan memotong bagian tabung pada organ vital yang berfungsi menampung sperma. Sementara itu, sterilisasi pada wanita dapat dilakukan dengan dua cara, yakni melalui operasi atau tanpa operasi. Sterilisasi dengan jalan operasi dikenal dengan nama litigasi tuba, yakni dengan memotong bagian tuba falopi dan mengikatnya agar saluran telur tidak terhubung dengan rahim. Sementara itu, sterilisasi tanpa operasi dilakukan dengan menaruh kumparan pada bagian tuba falopi. Meskipun sangat efektif dalam mencegah kehamilan, tindakan sterilisasi tidak aman dari risiko STI dan efeknya dapat dirasakan seumur hidup.